Di mana resah?
Ke mana saja engkau?
Yang ada ini
Hanya sekedar pengantarmu
Berpanjang-panjang tanpa makna berarti
Apa aku harus ciptakan ritual untuk memanggilmu?
Beritahu aku, ritual macam apa yang kau mau?
Kekasihku yang bangsat!
Ke mana saja engkau, HAH?!!!
Dengan siapa kau sekarang sedang bercinta?
Kenapa tidak datang ke pangkuanku sekarang?
Kekosongan ini harus kau yang isi,
Yang lain pergi saja ke neraka.
Kau yang usung makna ke dalamku
Kau yang menafikkan cinta dan bahagia untukku
Mencumbuku sampai aku sesak
Semua kebenaran yang kau bisikkan jadi deritaku
Oasis nyeri di kepala dan jantungku
Mengacaukan tiap kemungkinan kesempurnaan
Tulang-tulangku ngilu dingin inginkan baramu
Aku ingin menghirupmu sampai rasuk ke semua rongga tubuhku
Memberi warna berbeda untuk darahku
Mau kuledakkan dahagaku!
Agar kau dengar aku meracau memanggilmu
Mengertikah kau?
Tanpamu, dangkal saja hidup ini
Kau bukan air seni
Yang harus ditumpah ruah pelaku (pengaku) seni
Agar tidak jadi racun saja dalam tubuh
Bukan anak yang gagal asuh
Awalnya dimimpikan lalu disia-siakan
Aku sia-siakan kah kau?
Kau sedang tidak menginginkan aku sekarang?
Aku terlalu kerap mengabaikanmu?
Menyangkal radangmu?
Atau terlalu keliru menafsir kau?
Melewatkan momentum mu?
Atau kau sedang ingin kejam saja?
Menyiksaku dalam bentuk lain dengan alpamu?
Jangan...
Datang saja.
Datang saja.
Datang saja.
Margonda, 3 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar