Aku baru saja menjahitkan kain yang kau berikan berpuluh tahun lalu
Menjadi celana pangsi yang akan selalu kukenakan
Lewati kesangsian pada hidup yg kulub
Juga cinta yang guyub.
Seperti langkahmu yang tak pernah terbaca
Akupun hanya menerka
Makna dan warna kainnya.
‘Sekarang aku sedang di Jogja, Mas.’
Sapamu lewat pesan singkat yang kau tulis di atas kolam pinggiran kota Jogjakarta
Akupun bergegas mencarimu
Berharap dapat berbincang tentang gaduh kota
Nasib jelata
Orang-orang terluka.
‘Maaf, Mas. Aku sudah di Aceh.’
Jawabmu ketika yang kujumpa hanya jejak langkahmu
Di hati perempuan-perempuan desa
Dengan celana kain pemberianmu
Kususuri jalanan desa dan kota-kota
Mencari jejakmu di antara lagu anak-anak malam
Harapan para korban
Mereka yang kalah dan tersingkirkan…
B, 2011
MENGANTAR DI PINTU RUANG BERCERMIN
Berbagi Cermin Hidup...
Adalah niatanku (dan mereka yang turut berkisah) untuk saling berbagi proses dan hasil perenungan hidup kami. Aku masih seorang pemula, dan pasti juga bukan perintis. Kita teruskan saja apa yang pernah dan masih menjadi baik.
Jika kau bisa menemukan cerminmu di kisah-kisah yang kuceritakan, aku ikut merasa senang. Jika tidak, berbagilah dengan orang-orang lain, karena mungkin seseorang yang lain bisa menemukan cerminnya di situ.
Mari berbagi cermin hidup.
Adalah niatanku (dan mereka yang turut berkisah) untuk saling berbagi proses dan hasil perenungan hidup kami. Aku masih seorang pemula, dan pasti juga bukan perintis. Kita teruskan saja apa yang pernah dan masih menjadi baik.
Jika kau bisa menemukan cerminmu di kisah-kisah yang kuceritakan, aku ikut merasa senang. Jika tidak, berbagilah dengan orang-orang lain, karena mungkin seseorang yang lain bisa menemukan cerminnya di situ.
Mari berbagi cermin hidup.
apa ada kaitannya dengan seseorang
BalasHapusya
memang tak gampang memendam rasa
apa lagi kita sendiri tak begitu mengerti dia
somoga saja ada jalannya
dan semoga tidak terlarut terlalu dalam
hanya salam ku yang menyertai
inok dari lhokseumawe
Inok, yang aku berusaha lakukan adalah menyelam. Ketika "berenang", aku berenang dengan kompas-ku sendiri. Ya, mudah-mudahan tidak terlarut/terikut arus yang menjauhi aku dari mimpiku. Saleum, syehdara.
BalasHapusSI KAKI SEPARUH
BalasHapusAku berharap jika kamu bertemu seorang dengan krek-nya, kamu tidak mendesiskan namaku
Tapi ijinkan aku untuk menyematkan namamu setiap kali ku akan terjun dengan sebelah kaki kuatku
Setelah kamu cerminkan aku pada 37 binasaku, kamu henyakkan aku dengan tamparanmu, caramu
suatu hari, saat aku kuat melempar krek penyiksa ini, aku berjanji akan aku tampar balik kamu, dengan caraku (mataku berbinar)
tahukah kamu (ternyata)betapa rumitnya mengosongkan ember ini
namun deru merdeka yang mendesak-desak dadaku menjadi energi
Mengisi sendiri batu-batu besar dalam emberku,
Menjadi mau dan berani hidup
Menerima luka-luka
Dan membuatkan karma baik bagi mereka
Semoga kalimat terima kasih tidak terlalu manis buatmu
karena apapun itu, aku ingin tuliskan itu di sini
tanpa sentuhan-sentuhan, tapi ini lebih dari itu
aku yakin kamu tau makna lebih itu
anti, miss SOP
Kutunggu tamparanmu, dengan 47 kakimu sekalipun, di 10 tahun mendatang. Aku kenal orang-orang dengan satu kaki fisik saja, tapi kaki-kaki dan sayap-sayap mimpi mereka-lah yang menamparku paling keras. Seperti kau pun tidak menilaiku dari penampilan fisikku, aku-pun belajar untuk tidak menilaimu dari penampilan fisikmu. Kau ternyata lebih tegar dari yang terlihat!
BalasHapus