Aku menatap layar komputer. Angka di situs
web National Geographic menunjukkan pertambahan dua sampai tiga point tiap
detiknya. Statistik pertambahan populasi manusia penduduk dunia tiap detik.
Sekarang, pada tanggal 15 Desember 2012, sudah mencapai 7.087.415.566.
Wow, lajunya.
Aku takjub. Sejak tercatat jumlah penduduk dunia sebanyak 7 milyar pada tanggal
30 Oktober 2011, sekarang kenaikannya sudah sampai 87 juta lebih dalam waktu
dua belas bulan. Badan PBB yang mengurusi populasi dunia memperkirakan bahwa
pada akhir abad 21 populasi penduduk dunia akan mencapai lebih 10 milyar.
Sedangkan ilmuwan lain berargumen karena tingkat fertilitas global yang
diperkirakan akan turun pada tahun 2020, populasi dunia hanya akan mencapai
kurang dari 9 milyar pada tahun 2050 dan kemudian akan diikuti dengan penurunan
jumlah populasi. Tetap saja. Aku bergidik.
Seberapa hebatnya
perang-perang akan pecah di masa depan demi memperebutkan sumber daya bumi
bahkan hanya untuk keperluan makan dan minum saja? Di tahun 2008 sendiri
diperkirakan 1 dari 6 orang tidak menderita krisis air, dan 1 dari 6 orang
menderita kelaparan di dunia ini. Ada orang kelaparan dan jumlahnya lebih dari
satu milyar. Krisis pangan yang kini telah menimpa
seperenam umat manusia merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan
dunia dan sejak tahun 2007 PBB sudah menyerukan peringatan pada para pemimpin
dunia.
Saat
ini, rumah kita satu-satunya, yaitu planet bumi sedang mengalami kerusakan yang
sangat mengkhawatirkan. Salah satunya yang telah mulai digaungkan adalah
pemanasan global. Manusia-lah penyebab utamanya. Pertumbuhan populasi manusia
yang pertumbuhannya diperkirakan sekitar 35% antara tahun 2006 hingga 2050. Mata
rantai pemanasan global mengakibatkan langkanya bahan pangan dan air bersih
karena rusaknya pola-pola cuaca dan mencairnya gletser-gletser dunia yang
sangat berharga. Suhu rata-rata planet bumi semakin panas, bencana alam dan
pola-pola cuaca semakin tidak terkendali, epidemi-epidemi baru yang sulit untuk
disembuhkan terus bermunculan, ketersediaan air bersih di masa depan terancam,
perusakan hutan semakin tidak terkendali, krisis pangan global mulai mengancam,
dan masih banyak tanda-tanda kerusakan alam yang sedang terjadi di sekitar
kita.
Manusia
butuh makan. Tujuh milyar lebih mulut yang harus makan tiap hari. Salah satu
sumbernya adalah produk hewani yang disediakan dari industri peternakan.
Industri peternakan bertanggung jawab terhadap setidaknya setengah dari seluruh
gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia. Dalam masa panen 2004-2005, sebesar
1,2 juta hektar hutan Amazon di Brazil dihancurkan untuk hasil panen yang
dijadikan pakan ayam dan hewan ternak lainnya. Maka musnahlah sudah 80% hutan
Amazon. Menurut data FAO, 37% metana yang dihasilkan oleh manusia berasal dari
hewan ternak. Industri peternakan juga adalah sektor yang rakus air. Memasak
pangan dari sumber hewani secara umum membutuhkan suhu yang lebih tinggi dan
waktu yang lebih lama untuk memasak daging daripada produk nabati, dan di
negara berkembang orang masak pakai arang dan kayu bakar yang asalnya,
lagi-lagi, pohon yang ditebang. Limbah kotoran ternak turut menciptakan
masalah-masalah baru. Konsumsi produk peternakan juga berkaitan erat dengan
banyaknya varian penyakit lama dan baru. Dari tahun 2002 sampai 2009,
perkembangan produk hewan ternak di seluruh dunia telah naik sebanyak 12%.
Banyak
yang percaya bahwa bumi kita sedang menuju proses kerusakan besar-besaran dan
akan berujung pada kehancurannya. Tapi, bagaimana bila bumi ini sebenarnya tidak
sedang mengalami proses kehancuran karena, tidak hanya manusia, dia pun punya
cara sendiri untuk mempertahankan keberlangsungan dirinya? Coba bayangkan lebih
jauh lagi, bagaimana bila misalnya tumbuhan juga tidak mau kalah, menemukan
caranya tersendiri untuk melenyapkan sumber-sumber ancaman terhadap
kelangsungan hidupnya? Inilah inti dari ide yang diceritakan dalam film The Happening. Sedangkan ancaman yang bermaksud
dilenyapkan oleh tumbuhan adalah manusia. Kita semua, tanpa tebang pilih.
***********
Di
suatu pagi yang biasa di sebuah taman besar Central Park, New York, Amerika,
angin bertiup. Pada saat bersamaan orang-orang di taman itu berperilaku aneh.
Semua berhenti bergerak, tapi hanya sebentar, karena segera saja semua orang di
taman tersebut melakukan bunuh diri massal dengan berbagai cara. Tak jauh dari
taman itu, para pekerja bangunan satu-persatu terjun bebas dari atap gedung
tinggi. Polisi menembak dirinya sendiri, pistolnya dipungut orang lain yang
kemudian menembak dirinya sendiri juga, lalu dipungut orang lain lagi,
ditembakkan lagi. Angin terus berhembus, orang-orang yang melakukan bunuh diri
makin banyak di kota-kota dan desa-desa lain di kawasan Timur Laut Amerika.
Tidak ada yang tahu pasti penyebabnya, tapi mereka yang masih hidup mulai panik
dan mencoba melarikan diri dari tempat tinggal mereka. Dugaan yang mulai muncul
adalah aksi teroris. Namun itu pun makin tak masuk akal ketika dihadapkan oleh fakta-fakta
yang berhasil segera dikumpulkan hari itu.
Otak
manusia memiliki mekanisme pertahanan yang tugasnya menghambat efek berbahaya.
Ini diatur oleh kombinasi sinyal elektro kimiawi di otak. Hambatan transmiter
saraf oleh racun telah dibuktikan menimbulkan halusinasi, sesak nafas dan
kelumpuhan. Namun transmiter saraf ini dihambat oleh racun saraf alami yang
diduga dihasilkan oleh tumbuhan dan dibantu penyebarannya oleh angin sehingga
merubah pertahanan itu dan menimbulkan efek merusak diri sendiri pada manusia. Tumbuhan
bisa berkomunikasi dengan tumbuhan dari spesies lain. Pohon bisa berkomunikasi
dengan semak dan semak dengan rumput, dst. Begitulah racun alami ini
menyebarkan pesannya dengan bantuan angin. Kita sudah cukup lama mengetahui
bahwa tumbuhan bereaksi terhadap rangsangan yang dikeluarkan oleh manusia dan hal
ini telah terbukti dalam tes-tes eksperimen. Tumbuhan pun mampu mengenali
ancaman-ancaman tertentu. Tanaman tembakau saat diserang oleh ulat bulu
mengeluarkan bahan kimia yang menarik kumbang untuk membunuh ulat bulu itu.
Kita tak tahu bagaimana tumbuhan mempunyai kemampuan ini. Kemampuan ini bisa berevolusi
dengan cepatnya.
Pemeran
utama film ini, seorang guru ilmu pasti bernama Elliot, yang juga mencoba
mengungsi, berpikir keras menguji asumsi bahwa sang pencipta gara-gara massal
adalah tanaman. Elliot pernah membaca sebuah artikel kejadian alam yang tak terjelaskan
di pantai Australia. Dilaporkan adanya penemuan bakteri kuno dalam jumlah besar
yang telah punah selama milyaran tahun. Mendadak mereka ada di air. Beracun
terhadap manusia. Nelayan yang menyentuhnya mati. Kejadian seperti ini di
Australia kemudian tiba-tiba saja berhenti. Sepertinya ini mirip. Namun dia pun
tidak bisa sepenuhnya yakin karena tetap tidak terjelaskan secara logis. Masih
di hari yang sama, pola serangan sudah berubah makin ganas, yang tadinya hanya
menyerang orang-orang yang berkumpul dalam kelompok besar, ternyata juga mulai mengenai
orang-orang dalam kelompok kecil. Tanda yang bisa ditangkap adalah angin yang
tiba-tiba berhembus agak kencang. Nampaknya membawa apa pun itu yang mendorong orang-orang
tanpa sadar melakukan aksi bunuh diri. Puncaknya terjadi di keesokan paginya
ketika bahkan seseorang yang sedang berada sendirian saja di tengah taman
kecilnya pun melakukan bunuh diri. Lalu, secepat datangnya, serangan itu
berhenti. Begitu saja, tanpa peringatan.
Kejadian
apakah ini? Seorang pakar diwawancara di TV. Dia mengemukakan bahwa serangan
yang relatif singkat itu baru sekedar pembukaan, sebuah peringatan untuk
manusia. Kita telah menjadi ancaman bagi planet ini. Nantinya akan terulang
lagi fenomena yang sama dengan daya yang lebih intensif dan massif. Sayangnya,
kita tidak pernah tahu kapan saatnya akan datang. Tumbuhan dan pohon tidak bisa
melawan seperti makhluk lain ketika terancam. Mereka hanya punya satu pilihan:
mengembangkan kemampuan kimiawi dengan evolusi yang sangat cepat. Namun si pewawancara meragukan opini pakar
tersebut karena fenomena alam yang tak terjelaskan itu hanya terjadi di kawasan
bagian timur laut Amerika dan bukannya di juga di daerah-daerah lain di atas
permukaan bumi.
Tiga
bulan berlalu. Guru ilmu pasti kita ternyata masih hidup bersama istrinya yang
sedang hamil muda dan seorang keponakan mereka yang kedua orang tuanya sudah
meninggal bunuh diri di tragedi yang lalu tersebut. Situasi digambarkan damai
dan berjalan seperti biasa. Nampak semuanya baik-baik saja. Sampai film ditutup
adegan di sebuah taman besar di Perancis. Wuuussshhh.... Angin berhembus. Orang-orang
berhenti bergerak...
***************
Tumbuhan,
sebagai sumber utama penghasil udara, air dan pangan, tiga produk vital dari
begitu banyak manfaat bagi kita, memutuskan untuk mengenyahkan umat manusia.
Bayangkan. Ngeri, ya? Lalu kita mau apa? Cepat-cepat memakai tabung oksigen?
Ada berapa banyak tabung oksigen di dunia ini untuk semua orang, dan untuk
berapa lama? Bersembunyi di ruangan-ruangan yang rapat tertutup? Mau berapa
lama kita bisa bertahan seperti itu? Mengisolasi semua tanaman? Pakai apa? Lalu
bagaimana kita bisa bersimbiosis dengan oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan? Balik
mengenyahkan tanaman? Cepat atau lambat kita pun akan mati begitu tumbuhan
tidak ada lagi atau setidaknya dimimalisir jumlahnya. Tidak lain karena kita
total bergantung pada tumbuhan. Fakta yang tidak bisa ditawar-tawar.
Ah,
tapi saya ini orang bodoh yang skeptis. Banyak orang pintar dan jenius lain
yang akan keluar dengan ide cemerlang dan optimistis untuk keluar dari krisis
seperti ini. Saya pernah mendengar sebuah debat tentang dilema populasi manusia
dan keberlangsungan planet bumi. Katanya, ada dua jenis orang yang menyikapi
secara berbeda. Jenis pertama namanya survivalist.
Mereka percaya bahwa pengendalian laju pertumbuhan populasi manusia harus
diperlambat, kalau bisa dihentikan dan lebih bagus kalau bisa dikurangi jadi
negatif. Dengan begitu, kita tidak harus sampai bertemu dengan krisis sumber
daya yang berakibat fatal dan massif. Sedangkan jenis yang kedua, saya lupa
namanya. Jenis ini lebih optimis dari yang pertama. Mereka percaya bahwa
manusia akan menciptakan penemuan-penemuan baru untuk keluar dari krisis tanpa
harus menahan laju pertumbuhan populasi. Aku jenis yang pertama. Bagaimanapun,
pencegahan sejak jauh-jauh hari adalah lebih baik daripada pendekatan tambal
sulam, yang terkesan santai, selebor dan kurang bertanggung jawab. Memangnya,
fakta bahwa lebih dari satu milyar penduduk dunia sudah menderita kelaparan dan
krisis air mau dikemanakan?
Salah
satu kekuatan terbesar di muka bumi ini yang bisa, di satu sisi, melumpuhkan
atau, di sisi lain, membuat manusia segera bertindak, adalah kekuatan rasa
takut. Aku melihat kebanyakan dari kita belum cukup merasa takut untuk segera
bertindak dan berubah. Seringkali, saat-saat ketika bahaya yang datang sudah di
depan mata sehingga mampu menimbulkan rasa takut, adalah saat-saat yang sudah
terlalu terlambat. Selama satu milyar lebih manusia yang kelaparan itu bukan
diri kita, maka kita belum perlu merasa takut. Selama di rumah kita keran masih
terus mengalirkan air bersih, kita belum perlu merasa takut. Selama udara yang
kita hirup ini masih aman belum cemar oleh racun alami dari tetumbuhan, tidak
ada yang perlu dikhawatirkan. Santai sajalah. Tahun 2050 masih lama. Kiamat
yang diramalkan datang pada tanggal 12 Desember 2012 tidak terbukti, kan? Buat
apa terlalu dibersar-besarkan? Tenang saja. Manusia itu pintar. Kita akan
menemukan teknologi untuk menyelamatkan umat manusia. Atau, Tuhan itu Maha
Baik. Dia akan mencurahkan mukjizatnya buat kita, ciptaan kesayangan-Nya.
***********
Rasamala
|
: “Manusia belum juga mau berubah.”
|
Manglid Baros
|
: “Ya, bahkan ketika banyak hewan-hewan hutan sudah merasa
terancam dan merusak panen dan masuk ke pekarangan-pekarangan rumah. Bahkan
ketika banjir, longsor, gempa bumi dan semua bencana itu terjadi. Dasar,
makhluk biadab..”
|
Huru
|
: “Kalau dibiarkan begini terus, kita akan musnah. Kita tidak
bisa tinggal diam.”
|
Jambe
|
: “Walau kita tidak bisa menyerang langsung seperti binatang,
masih ada yang bisa kita lakukan. Kita memang dikaruniai kemampuan yang luar
biasa untuk menahan rasa sakit, tapi diam saja tidak membuat kita terhindar
dari kematian.”
|
Saninten
|
: “Menurutmu, apa yang bisa kita perbuat untuk memberi
peringatan dan pelajaran pada manusia? Yang kita punya tinggal yang ada di
dalam kita.”
|
Rasamala
|
: “Aku tahu. Kita bisa menciptakan racun. Racun itu akan membuat
manusia terdorong untuk memusnahkan dirinya sendiri.”
|
Saninten
|
: “Bukankah itu kejam?”
|
Manglid Baros
|
: “Apa? Siapa yang kau bilang kejam? Tidak cukupkah kehidupan
teman-teman kita yang lain yang tidak terhingga banyaknya dikorbankan selama
ini? Kalau hanya mengambil sedikit bagian dari kita sehingga kita masih tetap
hidup, aku tak keberatan. Tapi, manusia mencabut sampai ke akar-akarnya. Dan
kalian tahu benar, mereka tidak berhenti sampai di situ saja.”
|
Rasamala
|
: “Tapi kita harus memberi manusia kesempatan berubah.
Setidaknya, kita berikan mereka pesan sekedar peringatan agar berubah.”
|
Jambe
|
: “Terus terang, aku ragu. Bukankah mereka sudah berkali-kali
diberikan peringatan dan tetap tidak berubah?”
|
Huru
|
: “Peringatan itu harus keras,
cepat dan meluas serta benar-benar membuat manusia tidak berdaya
selain merubah perangai mereka sendiri saat ini juga. Jangan beri mereka
kesempatan untuk berdalih macam-macam. Biar mereka belajar, mereka tidak bisa
hidup tanpa kemurahan hati kita. Bahwa saat ini kita sudah kehabisan
kesabaran dan kemurahan hati.”
|
Jambe
|
: “Ya, aku yakin banyak makhluk lain yang sebenarnya juga ingin
menghajar manusia. Bahkan kita bisa meminta bantuan angin. Dia pasti tak
keberatan. Aku melihat akhir-akhir ini dia sering menggeram dan marah. Kita
minta angin ikut menyebar pelajaran kita.”
|
Rasamala
|
: “Ide bagus. Kita beri pelajaran sehari dulu. Lalu kita lihat
apa perubahan yang manusia buat.”
|
Saninten
|
: “Berjanjilah, kalau manusia mau berubah, kita berhenti
menghajar mereka, oke?”
|
Manglid Baros
|
: “Tentu saja. Tapi, kalau mereka tetap bebal juga, kau tidak
lagi punya dasar untuk membela manusia. Lalu kita bisa enyahkan lebih banyak
lagi manusia di berbagai tempat di atas bumi ini.”
|
Huru
|
: “Sudahlah. Waktu kita tidak banyak lagi. Segera bertindak.
Mari kita berbagi tugas.”
|
*************
Bu-Ptl,
15 Desember 2012
Sumber:
· The National Geographic
(Special
Series: 7 Billion - National
Geographic Magazine).
http://ngm.nationalgeographic.com/7-billion
· The
Happening. Twentieth Century Fox in association with UTV Motion Pictures &
Spyglass Entertainment.
bahwa kerusakan besar-besaran akan terjadi dan manusia akan musnah adalah niscaya, hanya saja kita tidak boleh membiarkan itu terjadi terlalu cepat. atas nama kemanusiaan.
BalasHapuson, am tired :(