MENGANTAR DI PINTU RUANG BERCERMIN

Berbagi Cermin Hidup...

Adalah niatanku (dan mereka yang turut berkisah) untuk saling berbagi proses dan hasil perenungan hidup kami. Aku masih seorang pemula, dan pasti juga bukan perintis. Kita teruskan saja apa yang pernah dan masih menjadi baik.
Jika kau bisa menemukan cerminmu di kisah-kisah yang kuceritakan, aku ikut merasa senang. Jika tidak, berbagilah dengan orang-orang lain, karena mungkin seseorang yang lain bisa menemukan cerminnya di situ.
Mari berbagi cermin hidup.

Sabtu, 15 Desember 2012

SERIAL 7M+ (1): THE HAPPENING



Aku menatap layar komputer. Angka di situs web National Geographic menunjukkan pertambahan dua sampai tiga point tiap detiknya. Statistik pertambahan populasi manusia penduduk dunia tiap detik. Sekarang, pada tanggal 15 Desember 2012, sudah mencapai 7.087.415.566.
Wow, lajunya. Aku takjub. Sejak tercatat jumlah penduduk dunia sebanyak 7 milyar pada tanggal 30 Oktober 2011, sekarang kenaikannya sudah sampai 87 juta lebih dalam waktu dua belas bulan. Badan PBB yang mengurusi populasi dunia memperkirakan bahwa pada akhir abad 21 populasi penduduk dunia akan mencapai lebih 10 milyar. Sedangkan ilmuwan lain berargumen karena tingkat fertilitas global yang diperkirakan akan turun pada tahun 2020, populasi dunia hanya akan mencapai kurang dari 9 milyar pada tahun 2050 dan kemudian akan diikuti dengan penurunan jumlah populasi. Tetap saja. Aku bergidik.

Seberapa hebatnya perang-perang akan pecah di masa depan demi memperebutkan sumber daya bumi bahkan hanya untuk keperluan makan dan minum saja? Di tahun 2008 sendiri diperkirakan 1 dari 6 orang tidak menderita krisis air, dan 1 dari 6 orang menderita kelaparan di dunia ini. Ada orang kelaparan dan jumlahnya lebih dari satu milyar. Krisis pangan yang kini telah menimpa seperenam umat manusia merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan dunia dan sejak tahun 2007 PBB sudah menyerukan peringatan pada para pemimpin dunia. 

Saat ini, rumah kita satu-satunya, yaitu planet bumi sedang mengalami kerusakan yang sangat mengkhawatirkan. Salah satunya yang telah mulai digaungkan adalah pemanasan global. Manusia-lah penyebab utamanya. Pertumbuhan populasi manusia yang pertumbuhannya diperkirakan sekitar 35% antara tahun 2006 hingga 2050. Mata rantai pemanasan global mengakibatkan langkanya bahan pangan dan air bersih karena rusaknya pola-pola cuaca dan mencairnya gletser-gletser dunia yang sangat berharga. Suhu rata-rata planet bumi semakin panas, bencana alam dan pola-pola cuaca semakin tidak terkendali, epidemi-epidemi baru yang sulit untuk disembuhkan terus bermunculan, ketersediaan air bersih di masa depan terancam, perusakan hutan semakin tidak terkendali, krisis pangan global mulai mengancam, dan masih banyak tanda-tanda kerusakan alam yang sedang terjadi di sekitar kita.

Manusia butuh makan. Tujuh milyar lebih mulut yang harus makan tiap hari. Salah satu sumbernya adalah produk hewani yang disediakan dari industri peternakan. Industri peternakan bertanggung jawab terhadap setidaknya setengah dari seluruh gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia. Dalam masa panen 2004-2005, sebesar 1,2 juta hektar hutan Amazon di Brazil dihancurkan untuk hasil panen yang dijadikan pakan ayam dan hewan ternak lainnya. Maka musnahlah sudah 80% hutan Amazon. Menurut data FAO, 37% metana yang dihasilkan oleh manusia berasal dari hewan ternak. Industri peternakan juga adalah sektor yang rakus air. Memasak pangan dari sumber hewani secara umum membutuhkan suhu yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama untuk memasak daging daripada produk nabati, dan di negara berkembang orang masak pakai arang dan kayu bakar yang asalnya, lagi-lagi, pohon yang ditebang. Limbah kotoran ternak turut menciptakan masalah-masalah baru. Konsumsi produk peternakan juga berkaitan erat dengan banyaknya varian penyakit lama dan baru. Dari tahun 2002 sampai 2009, perkembangan produk hewan ternak di seluruh dunia telah naik sebanyak 12%.

Banyak yang percaya bahwa bumi kita sedang menuju proses kerusakan besar-besaran dan akan berujung pada kehancurannya. Tapi, bagaimana bila bumi ini sebenarnya tidak sedang mengalami proses kehancuran karena, tidak hanya manusia, dia pun punya cara sendiri untuk mempertahankan keberlangsungan dirinya? Coba bayangkan lebih jauh lagi, bagaimana bila misalnya tumbuhan juga tidak mau kalah, menemukan caranya tersendiri untuk melenyapkan sumber-sumber ancaman terhadap kelangsungan hidupnya? Inilah inti dari ide yang diceritakan dalam film The Happening. Sedangkan ancaman yang bermaksud dilenyapkan oleh tumbuhan adalah manusia. Kita semua, tanpa tebang pilih.  


***********

Di suatu pagi yang biasa di sebuah taman besar Central Park, New York, Amerika, angin bertiup. Pada saat bersamaan orang-orang di taman itu berperilaku aneh. Semua berhenti bergerak, tapi hanya sebentar, karena segera saja semua orang di taman tersebut melakukan bunuh diri massal dengan berbagai cara. Tak jauh dari taman itu, para pekerja bangunan satu-persatu terjun bebas dari atap gedung tinggi. Polisi menembak dirinya sendiri, pistolnya dipungut orang lain yang kemudian menembak dirinya sendiri juga, lalu dipungut orang lain lagi, ditembakkan lagi. Angin terus berhembus, orang-orang yang melakukan bunuh diri makin banyak di kota-kota dan desa-desa lain di kawasan Timur Laut Amerika. Tidak ada yang tahu pasti penyebabnya, tapi mereka yang masih hidup mulai panik dan mencoba melarikan diri dari tempat tinggal mereka. Dugaan yang mulai muncul adalah aksi teroris. Namun itu pun makin tak masuk akal ketika dihadapkan oleh fakta-fakta yang berhasil segera dikumpulkan hari itu. 

Otak manusia memiliki mekanisme pertahanan yang tugasnya menghambat efek berbahaya. Ini diatur oleh kombinasi sinyal elektro kimiawi di otak. Hambatan transmiter saraf oleh racun telah dibuktikan menimbulkan halusinasi, sesak nafas dan kelumpuhan. Namun transmiter saraf ini dihambat oleh racun saraf alami yang diduga dihasilkan oleh tumbuhan dan dibantu penyebarannya oleh angin sehingga merubah pertahanan itu dan menimbulkan efek merusak diri sendiri pada manusia. Tumbuhan bisa berkomunikasi dengan tumbuhan dari spesies lain. Pohon bisa berkomunikasi dengan semak dan semak dengan rumput, dst. Begitulah racun alami ini menyebarkan pesannya dengan bantuan angin. Kita sudah cukup lama mengetahui bahwa tumbuhan bereaksi terhadap rangsangan yang dikeluarkan oleh manusia dan hal ini telah terbukti dalam tes-tes eksperimen. Tumbuhan pun mampu mengenali ancaman-ancaman tertentu. Tanaman tembakau saat diserang oleh ulat bulu mengeluarkan bahan kimia yang menarik kumbang untuk membunuh ulat bulu itu. Kita tak tahu bagaimana tumbuhan mempunyai kemampuan ini. Kemampuan ini bisa berevolusi dengan cepatnya.   

Pemeran utama film ini, seorang guru ilmu pasti bernama Elliot, yang juga mencoba mengungsi, berpikir keras menguji asumsi bahwa sang pencipta gara-gara massal adalah tanaman. Elliot pernah membaca sebuah artikel kejadian alam yang tak terjelaskan di pantai Australia. Dilaporkan adanya penemuan bakteri kuno dalam jumlah besar yang telah punah selama milyaran tahun. Mendadak mereka ada di air. Beracun terhadap manusia. Nelayan yang menyentuhnya mati. Kejadian seperti ini di Australia kemudian tiba-tiba saja berhenti. Sepertinya ini mirip. Namun dia pun tidak bisa sepenuhnya yakin karena tetap tidak terjelaskan secara logis. Masih di hari yang sama, pola serangan sudah berubah makin ganas, yang tadinya hanya menyerang orang-orang yang berkumpul dalam kelompok besar, ternyata juga mulai mengenai orang-orang dalam kelompok kecil. Tanda yang bisa ditangkap adalah angin yang tiba-tiba berhembus agak kencang. Nampaknya membawa apa pun itu yang mendorong orang-orang tanpa sadar melakukan aksi bunuh diri. Puncaknya terjadi di keesokan paginya ketika bahkan seseorang yang sedang berada sendirian saja di tengah taman kecilnya pun melakukan bunuh diri. Lalu, secepat datangnya, serangan itu berhenti. Begitu saja, tanpa peringatan.

Kejadian apakah ini? Seorang pakar diwawancara di TV. Dia mengemukakan bahwa serangan yang relatif singkat itu baru sekedar pembukaan, sebuah peringatan untuk manusia. Kita telah menjadi ancaman bagi planet ini. Nantinya akan terulang lagi fenomena yang sama dengan daya yang lebih intensif dan massif. Sayangnya, kita tidak pernah tahu kapan saatnya akan datang. Tumbuhan dan pohon tidak bisa melawan seperti makhluk lain ketika terancam. Mereka hanya punya satu pilihan: mengembangkan kemampuan kimiawi dengan evolusi yang sangat cepat.  Namun si pewawancara meragukan opini pakar tersebut karena fenomena alam yang tak terjelaskan itu hanya terjadi di kawasan bagian timur laut Amerika dan bukannya di juga di daerah-daerah lain di atas permukaan bumi.

Tiga bulan berlalu. Guru ilmu pasti kita ternyata masih hidup bersama istrinya yang sedang hamil muda dan seorang keponakan mereka yang kedua orang tuanya sudah meninggal bunuh diri di tragedi yang lalu tersebut. Situasi digambarkan damai dan berjalan seperti biasa. Nampak semuanya baik-baik saja. Sampai film ditutup adegan di sebuah taman besar di Perancis. Wuuussshhh.... Angin berhembus. Orang-orang berhenti bergerak...


***************
   
Tumbuhan, sebagai sumber utama penghasil udara, air dan pangan, tiga produk vital dari begitu banyak manfaat bagi kita, memutuskan untuk mengenyahkan umat manusia. Bayangkan. Ngeri, ya? Lalu kita mau apa? Cepat-cepat memakai tabung oksigen? Ada berapa banyak tabung oksigen di dunia ini untuk semua orang, dan untuk berapa lama? Bersembunyi di ruangan-ruangan yang rapat tertutup? Mau berapa lama kita bisa bertahan seperti itu? Mengisolasi semua tanaman? Pakai apa? Lalu bagaimana kita bisa bersimbiosis dengan oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan? Balik mengenyahkan tanaman? Cepat atau lambat kita pun akan mati begitu tumbuhan tidak ada lagi atau setidaknya dimimalisir jumlahnya. Tidak lain karena kita total bergantung pada tumbuhan. Fakta yang tidak bisa ditawar-tawar.  

Ah, tapi saya ini orang bodoh yang skeptis. Banyak orang pintar dan jenius lain yang akan keluar dengan ide cemerlang dan optimistis untuk keluar dari krisis seperti ini. Saya pernah mendengar sebuah debat tentang dilema populasi manusia dan keberlangsungan planet bumi. Katanya, ada dua jenis orang yang menyikapi secara berbeda. Jenis pertama namanya survivalist. Mereka percaya bahwa pengendalian laju pertumbuhan populasi manusia harus diperlambat, kalau bisa dihentikan dan lebih bagus kalau bisa dikurangi jadi negatif. Dengan begitu, kita tidak harus sampai bertemu dengan krisis sumber daya yang berakibat fatal dan massif. Sedangkan jenis yang kedua, saya lupa namanya. Jenis ini lebih optimis dari yang pertama. Mereka percaya bahwa manusia akan menciptakan penemuan-penemuan baru untuk keluar dari krisis tanpa harus menahan laju pertumbuhan populasi. Aku jenis yang pertama. Bagaimanapun, pencegahan sejak jauh-jauh hari adalah lebih baik daripada pendekatan tambal sulam, yang terkesan santai, selebor dan kurang bertanggung jawab. Memangnya, fakta bahwa lebih dari satu milyar penduduk dunia sudah menderita kelaparan dan krisis air mau dikemanakan?  

Salah satu kekuatan terbesar di muka bumi ini yang bisa, di satu sisi, melumpuhkan atau, di sisi lain, membuat manusia segera bertindak, adalah kekuatan rasa takut. Aku melihat kebanyakan dari kita belum cukup merasa takut untuk segera bertindak dan berubah. Seringkali, saat-saat ketika bahaya yang datang sudah di depan mata sehingga mampu menimbulkan rasa takut, adalah saat-saat yang sudah terlalu terlambat. Selama satu milyar lebih manusia yang kelaparan itu bukan diri kita, maka kita belum perlu merasa takut. Selama di rumah kita keran masih terus mengalirkan air bersih, kita belum perlu merasa takut. Selama udara yang kita hirup ini masih aman belum cemar oleh racun alami dari tetumbuhan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Santai sajalah. Tahun 2050 masih lama. Kiamat yang diramalkan datang pada tanggal 12 Desember 2012 tidak terbukti, kan? Buat apa terlalu dibersar-besarkan? Tenang saja. Manusia itu pintar. Kita akan menemukan teknologi untuk menyelamatkan umat manusia. Atau, Tuhan itu Maha Baik. Dia akan mencurahkan mukjizatnya buat kita, ciptaan kesayangan-Nya.


***********


Rasamala
: “Manusia belum juga mau berubah.”
Manglid Baros
: “Ya, bahkan ketika banyak hewan-hewan hutan sudah merasa terancam dan merusak panen dan masuk ke pekarangan-pekarangan rumah. Bahkan ketika banjir, longsor, gempa bumi dan semua bencana itu terjadi. Dasar, makhluk biadab..”
Huru
: “Kalau dibiarkan begini terus, kita akan musnah. Kita tidak bisa tinggal diam.”
Jambe
: “Walau kita tidak bisa menyerang langsung seperti binatang, masih ada yang bisa kita lakukan. Kita memang dikaruniai kemampuan yang luar biasa untuk menahan rasa sakit, tapi diam saja tidak membuat kita terhindar dari kematian.”
Saninten
: “Menurutmu, apa yang bisa kita perbuat untuk memberi peringatan dan pelajaran pada manusia? Yang kita punya tinggal yang ada di dalam kita.”
Rasamala
: “Aku tahu. Kita bisa menciptakan racun. Racun itu akan membuat manusia terdorong untuk memusnahkan dirinya sendiri.”
Saninten
: “Bukankah itu kejam?”
Manglid Baros
: “Apa? Siapa yang kau bilang kejam? Tidak cukupkah kehidupan teman-teman kita yang lain yang tidak terhingga banyaknya dikorbankan selama ini? Kalau hanya mengambil sedikit bagian dari kita sehingga kita masih tetap hidup, aku tak keberatan. Tapi, manusia mencabut sampai ke akar-akarnya. Dan kalian tahu benar, mereka tidak berhenti sampai di situ saja.”
Rasamala
: “Tapi kita harus memberi manusia kesempatan berubah. Setidaknya, kita berikan mereka pesan sekedar peringatan agar berubah.”
Jambe
: “Terus terang, aku ragu. Bukankah mereka sudah berkali-kali diberikan peringatan dan tetap tidak berubah?”
Huru
: “Peringatan itu harus keras,  cepat dan meluas serta benar-benar membuat manusia tidak berdaya selain merubah perangai mereka sendiri saat ini juga. Jangan beri mereka kesempatan untuk berdalih macam-macam. Biar mereka belajar, mereka tidak bisa hidup tanpa kemurahan hati kita. Bahwa saat ini kita sudah kehabisan kesabaran dan kemurahan hati.”
Jambe
: “Ya, aku yakin banyak makhluk lain yang sebenarnya juga ingin menghajar manusia. Bahkan kita bisa meminta bantuan angin. Dia pasti tak keberatan. Aku melihat akhir-akhir ini dia sering menggeram dan marah. Kita minta angin ikut menyebar pelajaran kita.”
Rasamala
: “Ide bagus. Kita beri pelajaran sehari dulu. Lalu kita lihat apa perubahan yang manusia buat.” 
Saninten
: “Berjanjilah, kalau manusia mau berubah, kita berhenti menghajar mereka, oke?”
Manglid Baros
: “Tentu saja. Tapi, kalau mereka tetap bebal juga, kau tidak lagi punya dasar untuk membela manusia. Lalu kita bisa enyahkan lebih banyak lagi manusia di berbagai tempat di atas bumi ini.”
Huru
: “Sudahlah. Waktu kita tidak banyak lagi. Segera bertindak. Mari kita berbagi tugas.”


*************

Bu-Ptl, 15 Desember 2012


Sumber:

· The National Geographic (Special Series: 7 Billion - National Geographic Magazine). http://ngm.nationalgeographic.com/7-billion

·      Peternakan dan Perubahan Iklim. www.worldwatch.org, November/Desember 2009
·      Hidup Lebih Mulia dengan Vegetarian. http://hiduplebihmulia.com Cetakan Pertama: Oktober 2009.
·  The Happening. Twentieth Century Fox in association with UTV Motion Pictures & Spyglass Entertainment. 



1 komentar:

  1. bahwa kerusakan besar-besaran akan terjadi dan manusia akan musnah adalah niscaya, hanya saja kita tidak boleh membiarkan itu terjadi terlalu cepat. atas nama kemanusiaan.

    on, am tired :(

    BalasHapus